Beranda » Psikologi Saham » Pelajaran Dari Crash Bursa Saham Global Maret 2020
Bear

Pelajaran Dari Crash Bursa Saham Global Maret 2020

Bulan November ini kembali IHSG naik tajam, jauh lebih deras cuannya ketimbang Oktober. Ini menjadi salah satu bukti lagi, sulitnya timing the market.

Bulan November saja IHSG sudah naik sekitar 11% MoM, setelah Oktober naik sekitar 5%. Padahal September turun cukup dalam yaitu -7%. Jika ingat saat itu, tidak sedikit yang khawatir, banyak yang kembali ingat Maret, setelah beberapa bulan sebelumnya mulai lupa. Ada yang panik, galau, dan tidak sedikit yang menyerukan, “Full Cash! Cash is KING!”

Tiba-tiba, bursa saham berbalik arah.

Sementara itu, ekonomi di Indonesia dan seluruh dunia masih terseok-seok, banyak negara mengalami resesi ekonomi. Pandemi covid-19 masih jauh dari kata usai. Kasus baru masih terus bermunculan. Eropa kembali lockdown.

Anehnya, bursa saham berlawanan arah, malah naik tajam. Jauh lebih awal kenaikan bursa ketimbang kondisi riil, baik dari sisi ekonomi mau pun penanganan covid-19.

Kalo dibilang hoki, mungkin ada benarnya. Karena jika berkaca pada kondisi riil (ekonomi dan pandemi), masih jauh dari kata pulih. Rasanya tidak ada yang bisa tebak bursa saham akan naik secepat ini. Atau ada yang berani klaim sudah tau bakal naik secepat ini? :P

Buy, Sell, or Hold? Don’t Time The Market

Buat saya, ini jadi pelajaran yang berharga… pelajarannya adalah jangan pernah timing the market. Kalo memang udah ada saham dengan valuasi yang super murah, gak ada salahnya untuk mulai beli saham tersebut.

Saya masih ingat bulan Maret saya membaca Memo Howard Marks, salah satunya paragraf ini yang menarik buat saya.

Memo tersebut tanggal 3 Maret, setelahnya bursa saham masih turun terus. Namun tiba-tiba rebound. Betul kata Howard Marks, “Nobody knows.”

Pada memo lainnya, Howard Marks juga menulis :

The more you want to garner potential gains and don’t mind mark-to-market losses, the more you should invest. On the other hand, the more you care about protecting against interim markdowns and are able to live with missing opportunities for profit, the less you should invest.

Howard Marks

Ada cara yang lebih baik ketimbang timing the market, seperti yang ditulis oleh Howard Marks. Strategi yang mirip adalah istilah Barbell Strategy.

Apa Itu Barbell Strategy?

Mengutip Stockpedia :

The barbell strategy is an investment concept that suggests that the best way to strike a balance between reward and risk is to invest in the two extremes of high risk and no risk assets while avoiding middle-of-the-road choices.

All investing strategies involve seeking the best return on investment that is possible given the degree of risk that the investor can tolerate. Investors who follow the barbell strategy insist that the way to achieve that is to go to extremes.

Stockpedia

Suka artikel ini? Masukkan email untuk mendapatkan artikel terbaru via email. NO SPAM.


Ada beberapa pelajaran yang saya ambil dari crash bursa saham akibat Pandemi covid-19 ini. Nyaris semuanya Investing Quotes dari super investor. Saya memang suka dengan kutipan. Karena singkat, padat, namun maknanya dalam. Bisa dibaca berkali-kali, tiap kali dibaca kembali tercerahkan.

Pelajaran Dari Crash Bursa Saham Global Maret 2020 Pandemi Covid-19

Berikut ini beberapa pelajaran penting yang saya dapatkan selama tahun pandemi ini :

Pelajaran Pertama : Always Fully Invested

I’m always fully invested. It’s a great feeling to be caught with your pants up.

Peter Lynch

But is there really an argument for not investing at all? The fact that we’re not necessarily at “the bottom” is not such an argument.

Howard Marks

Pelajaran Kedua : Timing The Market? Don’t!

This taught me not only that it’s difficult to predict markets, but also that small investors tend to be pessimistic and optimistic at precisely the wrong times, so it’s self-defeating to try to invest in good markets and get out of bad ones.

Peter Lynch

Jangan pernah tebak bottom.


“The bottom” is the day before the recovery begins. Thus it’s absolutely impossible to know when the bottom has been reached…ever.

Howard Marks

Pelajaran Ketiga : Siapkan Dry Powder

Dry powder is good for the rainy days. Money management harus lebih baik, salah satu caranya adalah AD (average down) harus lebih jarang dan hanya masuk ketika benar-benar valuasi super murah (patut diingat terutama saat market optimis).

There are worse situations than drowning in cash and sitting, sitting, sitting. I remember when I wasn’t awash in cash – and I don’t want to go back.

Charlie Munger

Pelajaran Keempat : Kontrarian

When investors in general are too risk-tolerant, security prices can embody more risk than they do return. When investors are too risk-averse, prices can offer more return than risk.

Howard Marks

Warren Buffett on stocks being undervalued: “[I feel] like an oversexed guy in a whorehouse.”

Be fearful when others are greedy. Be greedy when others are fearful.

Warren Buffett

The time of maximum pessimism is the best time to buy and the time of maximum optimism is the best time to sell.

Sir John Templeton

Pelajaran Kelima : Stick To Values

Stick to values. Don’t sell (cut loss) when the stocks are still undervalue. Start buying when you see there are values in the market.

Timing The Market : Don’t Be Stupid

Berikut ini tindakan stupid yang sebaiknya kita hindari, biasanya pikiran seperti ini muncul saat sedang panik dan galau. Beberapa di antaranya termasuk pikiran merasa mampu timing the market.

  1. CL (Cut Loss) saham yang sebetulnya averaga kita masih di bawah harga wajarnya demi “amankan cash”. Baca : Peter Lynch : When You Sell in Desperation, You Always Sell Cheap.
  2. CL saham karena berharap bisa tampung saham yang sama pada harga yang lebih rendah. Biasanya lebih sering kena gocek.
  3. Sama sekali ga masuk walau tau banyak barang udah kelewatan murah, karena yakin sekali masih bakal turun.
  4. Hold terus saham padahal tau keadaan udah berubah dan harga wajarnya lebih rendah dari harga pasar.
  5. Lebih parah, AD (average down) terus saham busuk padahal banyak tawaran menarik di saham lain.
  6. Paling stupid : Cuman bisa nonton sambil ngakak-ngakak, tau tau ketinggalan kereta. Pas di pucuk baru berani masuk.

Sekian dude, cuap-cuan kali ini. Tentu saja, anda bisa setuju, bisa tidak. Ada komen? Silakan tulis di kolom komentar, dude.

Ada komen, dude?

Scroll to Top