Beranda » Value Investing » Charlie Munger Checklist for Picking a Company to Invest In
Charlie Munger

Charlie Munger Checklist for Picking a Company to Invest In

Hey dude! Kali ini saya ingin membagikan video wawancara Charlie Munger. Dalam video singkat ini, Munger menjelaskan bagaimana caranya memilih perusahaan layak investasi dan apa saja kriterianya.

That’s a very simple set of ideas. And the reason our ideas haven’t spread faster is they are too simple.

Charlie Munger

Salah satu yang menarik dari filosofi value investing adalah idenya sederhana dan seharusnya bisa ditiru dan direproduksi oleh siapa saja. Namun sederhana tidak selalu berarti mudah. Mengutip Munger : “It’s not supposed to be easy, anyone who finds it easy is stupid.”

Munger checklist for picking a company to invest in

  1. First, we have to deal in things we’re capable of understanding.
  2. We have to have a business with some intrinsic characteristics that give it a durable competitive advantage.
  3. We would prefer a management with a lot of integrity and talent.
  4. And finally, no matter how wonderful it is, it’s not worth an infinite price. So we have to have a price that makes sense and gives a margin of safety, given the natural vicissitudes of life.

Terjemahan bebasnya kira-kira seperti ini.

Daftar tugas Charlie Munger dalam memilih perusahaan layak investasi:

  1. Pertama, kita harus berurusan dengan hal-hal yang dapat kita pahami.
  2. Kedua, kita harus mencari bisnis dengan beberapa karakteristik intrinsik yang memberikan keunggulan kompetitif yang tahan lama (durable moat).
  3. Ketiga, kita harus lebih mengutamakan memilih manajemen dengan integritas baik dan memiliki talenta.
  4. Dan yang terakhir, tidak peduli betapa indahnya suatu bisnis/perusahaan, tidak ada yang layak dihargai dengan harga/valuasi yang tak terbatas. Jadi kita harus membeli dengan harga yang masuk akal dan memberikan margin of safety, mengingat perubahan alamiah kehidupan.

Terkait poin keempat, saya telah menulis tentang valuasi saham, silakan baca jika berminat. Selain itu, anda bisa baca bedah buku investasi saham berikut : Bedah Buku : The Little Book of Valuation by Aswath Damodaran.

Dalam video tersebut, Charlie Munger juga menjelaskan beberapa mindset dalam investasi saham. Misalnya apa yang harus kita lakukan sebagai investor saham menghadapi fluktuasi harga saham.

Tonton videonya : Charlie Munger Reveals Secrets to Getting Rich.

Charlie Munger Reveals Secrets to Getting Rich

4 komentar untuk “Charlie Munger Checklist for Picking a Company to Invest In”

    1. Pertanyaan sederhana tapi jawabannya ga bisa sederhana nih. Jawaban singkatnya tergantung.

      Tapi pada umumnya multiples dan relative valuation cukup. Menurut Damodaran, sekitar 85% riset analis menggunakan multiples dan komparatif. Hanya sebagian kecil yang pake valuasi DCF (discounted cashflow).

      Jadi rasanya aman utk blg, multiples saja udah cukup. Tapi multiples jg ada bbrp macam, Ada Earning Multiples (PE Ratio, PEG, Value/EBIT, EV/EBITDA, dll), Book Value Multiples (PBV), Revenue (P/S dan Value/Sales), variabel lain yg unik utk sektor/bisnisnya. Sesuaikan lagi dengan sektor dan model bisnisnya. Masing2 punya kelebihan dan kekurangannya.

      Dan seperti yg udah sering saya ulang, valuasi seharusnya jadi hal terakhir yg anda pikirkan. Hal utamanya paham dulu model bisnis dan prospek emiten.

  1. Apakah perusahaan yang tidak membagikan dividen atau katakan jarang sekali membagikan dividen layak untuk kita investasikan ? karena saya amati ada emiten yang punya cash banyak, PE rendah, PBV rendah tapi sangat jarang membagikan dividen.

    1. Sbb dude. Jawabannya tergantung alokasi kapitalnya untuk apa. Jika emiten bisa generate return yg baik dgn menahan laba, maka tidak membagikan dividen adalah langkah yang baik. Tapi kalo misalnya ROIC makin turun, laba ditahan hanya nganggur, ini yg kurang pas.

      Tapi “maksa” bagi dividen juga bisa salah. Contohnya ini bnyk bisa kita liat di saham2 US, ada bbrp emiten yg memaksakan bagi dividen jumbo dgn berutang, bahkan sesaat sebelum mereka kolaps masih bagi dividen jumbo. Ini terjadi ketika bnyk stakeholders yg punya kepentingan dan mendapatkan keuntungan pribadi dari pembagian dividen.

Ada komen, dude?

Scroll to Top