Beranda » Investasi Saham » Valuasi Saham Sederhana : Cara Menentukan Saham Layak Investasi
Valuasi Saham Sederhana

Valuasi Saham Sederhana : Cara Menentukan Saham Layak Investasi

Kali ini kita akan membahas cara valuasi saham sederhana untuk menentukan apakah suatu saham ada potensi cuan atau tidak, dengan melihat total jumlah saham beredar. Tujuannya hanya sebagai screening awal. Sebelum memutuskan menghabiskan waktu untuk riset dan hitung macem-macem, cara sederhana ini mungkin berguna untuk anda lakukan. Simak dude!

Asumsi Dasar : Price-to-Earnings Ratio

Asumsi dasar yang kita gunakan adalah metode valuasi saham multiples yaitu Price-to-Earnings Ratio atau PER. Seperti telah saya tulis sebelumnya, PER adalah satu salah metode valuasi saham, yaitu metode Nilai Pasar atau Price Multiples.

Apa Itu Price to Earnings Ratio?

Price to Earnings Ratio (PER) atau Price Multiples adalah ratio harga pasar terhadap laba bersih saham tersebut. Laba bersih yang kita hitung adalah laba bersih satu tahun. PER bisa kita hitung dengan cara membagi harga saham dengan laba bersih per lembar saham atau earning per share (EPS). Atau dengan kata lain : PER = Price/EPS. Bisa juga kita dapatkan dengan membagi Market Capitalization dengan Laba Bersih, yaitu PER = Market Capitalization/Laba Bersih.

Ide dasarnya adalah ketika membeli saham, kita coba cari tahu berapa harga yang kita pikir pantas kita bayar untuk mendapatkan laba bersih tersebut. Ingat, laba bersih secara teori adalah hak pemegang saham (kebalikan dari PER adalah Earnings Yield = Laba Bersih/Harga Saham).

PER 10x artinya anda membayar 10 kali lipat laba bersihnya. Jika laba konstan maka dalam 10 tahun investasi anda BEP (break even point). Jika laba bertumbuh, lebih cepat dan jika laba turun lebih lama lagi.

Tolok ukur yang digunakan biasanya adalah dari data historis atau membandingkan valuasi emiten tersebut dengan valuasinya di masa lampau. Ini alasannya disebut juga metode valuasi relatif atau komparatif.

Contoh membandingkan dengan peers : jika PER industri 15x dan PER Saham A 10x, maka berdasarkan valuasi komparatif, Saham A undervalued atau “salah harga”.

Contoh membandingkan dengan valuasi historis emiten adalah Saham B secara historis valuasinya di pasar PER 12x, jika saat ini harganya PER 18x, maka kesimpulannya Saham B overvalued.

Langkah Valuasi Saham Sederhana

Ide dasarnya adalah dengan melihat total lembar saham beredar, kemudian kita hitung apakah harga saham tersebut pada level harga pasar saat ini murah, wajar, atau mahal.

Berikut ini langkah-langkahnya.

Pertama, cari jumlah lembar saham beredar. Anda bisa dapatkan ini dari Laporan Keuangan. Atau jika emiten sedang melakukan aksi korporasi – misalnya Rights Issue atau Private Placement – anda bisa hitung proforma jumlah lembar saham pasca aksi korporasi.

Kedua, hitung potensi laba bersih emiten. Potensi laba bersih ini mungkin bagian tersulit. Ada beberapa pendekatan yang bisa anda gunakan. Contohnya lihat laba bersih secara historis dan saat ini beserta trennya, baca penjelasan manajemen tentang target dan prospek kinerja masa depan, potensi kenaikan pendapatan dan margin laba, bandingkan dengan kompetitor dengan level yang sama (termasuk aset, kapasitas produksi, permodalan, dan lain-lain). Be creative, dude!

Ketiga, dari poin pertama dan kedua kita dapatkan laba per lembar atau earning per share (EPS). Dan tentunya juga kita dapatkan PER, yaitu membandingkan harga pasar terhadap EPS emiten.

Keempat, cari rata-rata PER industri atau sektor terkait.

Dari empat langkah sederhana tersebut, kita bisa dengan cepat dapat gambaran apakah emiten tersebut layak investasi atau tidak.


Suka artikel ini? Masukkan email untuk mendapatkan artikel terbaru via email. NO SPAM.


Yang Menarik

Saya sesekali melakukan hal ini sebagai screening awal, anda bisa coba . Yang menarik dari langkah valuasi saham sederhana ini, ada beberapa emiten yang secara cepat langsung bisa kita pastikan tidak layak investas atau setidaknya sangat sulit bahkan untuk mencapai nilai wajar.

Karena prosesnya cepat, jadi saya bisa hemat banyak waktu sejak awal. Biasanya jika setelah saya hitung, untuk “wajar” aja sulit di harga pasarnya saat ini – atau ekstrimnya “gocap aja kemahalan ini barang” – maka biasanya saya lewatkan saja dan mulai lihat saham berikutnya. Kecuali kalo udah bener-bener ngaplo, baru saya iseng baca-baca lebih jauh.

Berikut ini beberapa contoh emiten dengan lembar saham terbanyak di BEI saat ini. Anda bisa menggunakan screener saham untuk melihat data yang terbaru.

Daftar Saham Dengan Lembar Saham Beredar Terbanyak
Daftar Saham Dengan Lembar Saham Beredar Terbanyak. Sumber : Google Finance.

Tapi tentunya tidak semua emiten dengan total saham beredar jumbo, tidak layak investasi. Beberapa saham bluechips memiliki total lembar saham beredar yang sangat besar.

Contoh Valuasi Saham Dengan Mempertimbangkan Jumlah Saham Beredar

Tadinya saya terpikir untuk menggunakan beberapa contoh kasus emiten yang riil. Seperti saya sebut, tidak sedikit – walau tidak banyak juga – emiten yang bisa dijadikan contoh. Tapi kemudian saya putuskan untuk gunakan emiten fiktif saja. Toh sama saja dan anda yang penasaran bisa langsung latihan sendiri dengan emiten yang listed di IHSG.

Valuasi Saham Sederhana : Contoh Kasus

Sebut saja emiten A. Berikut datanya.

  1. Jumlah Saham Beredar 250 miliar lembar saham.
  2. Pendapatan Rp 1.5 T.
  3. Laba Bersih Rp 50 miliar.
  4. Harga pasar terakhir 50

Dari data tersebut kita dapat hitung :

EPS = Laba per lembar saham = 50M : 250M = 0.2

PER = Price : EPS = 50 :0.2 = 250x

Setelah anda riset, rata-rata PER industri 15x dan PER market leader sektor tersebut 20x. Emiten A bukan market leader, maka seharusnya valuasi PER A nilai wajarnya kurang dari PER 20x.

Katakan nilai wajar emiten A adalah PER 15x. Maka berapa laba bersih yang harus A cetak untuk mencapai valuasi tersebut?

PER = 15x = 50 : EPS

EPS = 50 : 15 = 3.33

Agar EPS = 3.33 maka laba bersih harus minimal Rp 833M (3.33 * 250M). Sedangkan saat ini laba bersihnya hanya Rp 50M. Artinya A harus cetak pertumbuhan laba 1566%.

Kemudian kita cek lagi. Rata-rata NPM (Net Profit Margin) industri adalah 5%. Ini berarti A harus cetak pendapatanya Rp 833 : 5% = Rp 16.7T. Pendapatannya saat ini hanya Rp 1.5T.

Perhatikan, NPM A sebetulnya 3.33% (Rp 50M : Rp 1.5T). Jadi kalau menggunakan NPM 3.33%, pendapatan A minimal harus Rp 25T ( Rp 833M : 3.33%).

Maka pertanyaannya adalah : Mungkinkah emiten ABCD cetak pendapatan 16.7T – 25T? Tentu anda perlu mempertimbangkan apakah emiten sedang dalam tahap super growth dan/atau memiliki ROIC tinggi. Karena hanya dengan demikian maka ABCD mencetak laba Rp 833M sehingga PER menjadi wajar yaitu PER 15x.

Ingat… ini baru nilai wajar. Tentunya agar investasi menguntungkan, sebaiknya anda membeli dengan harga lebih rendah dari nilai wajarnya. Beli 10 ribu seharga 10 ribu, darimana cuannya?

Nah, dari contoh tersebut, emiten A di harga 50 saja terlalu mahal. Biasanya saya akan langsung lewatkan emiten seperti ini dan cari saham lain yang lebih menjanjikan.

Contoh Lain

Saya coba menjabarkan dengan penjelasan sedikit berbeda.

Misalkan ada saham dengan total saham beredar 200 miliar lembar. Setiap laba naik 200M ini setara dengan EPS hanya naik 1 (220M : 220M). Emiten lain yang saham beredarnya misalnya 20M, laba naik 200M, eps naik 10.

Batas bawah IHSG sekarang pada pasar Regular (RG) adalah gocap (50), lebih rendah dari gocap hanya dapat anda transaksikan pada pasar Tunai (TN) dan Nego (NG). Asumsi nilai wajar emiten adalah pada valuasi PER 10x. Maka pada level harga gocap itu setara PER 10x. Artinya EPS = 50/10=5. Jika lembar saham 200M, maka laba minimal 5*200=1T.

Singkatnya, emiten dengan lembar saham 200M, agar PER-nya 10x pada level harga gocap, emiten tersebut harus cetak laba 1T. Lebih rendah dari 1T, maka pada harga gocap valuasi saham tersebut adalah PER > 10x.

Semudah apakah cetak laba 1T? Berapa banyak emiten yang bisa cetak 1T?

Cara yang sama bisa anda terapkan pada saham-saham lain. Dan sejauh ini, cara ini buat saya sangat membantu.

Kesimpulan

  1. Jumlah lembar saham yang besar bisa kita gunakan untuk menilai dengan cepat apakah suatu saham masih ada potensi untuk cuan.
  2. Semakin banyak jumlah lembar saham semakin sulit EPS naik karena jumlah pembaginya besar (EPS = Laba : Lembar Saham).
  3. Tidak semua emiten dengan jumlah lembar saham yang besar berarti tidak layak investasi.
  4. Metode valuasi saham sederhana ini hanya screening awal, salah satu kegunaannya untuk menghemat waktu.

Segitu dulu dude… Menurut ente gimana? Contoh emiten apa yang bisa pake cara sederhana ini? Komen dude.

13 komentar untuk “Valuasi Saham Sederhana : Cara Menentukan Saham Layak Investasi”

  1. om dude ijin tanya ya, biasanya riset per rata-rata di sektor/industrinya itu pakai sumber dari mana ?, saya sendiri kesulitan untuk mencari data per tiap sektor/industrinya untuk dibandingkan dengan per emiten. thanks om dude

    1. Bisa itung sendiri, cek satu2 emiten di sektor itu, ada bbrp sektor yg jumlah emitennya sedikit. Bisa cek di bbrp situs penyedia data seperti ft.com, wsj, investing.com. Bisa juga cek riset analis, di situ biasanya ada data rata2 valuasi industri.

  2. Hu apakah ada ide buat artikel ttg ini:
    Ketika kita analisis emiten biasanya lihat angka per, eps, npm, gpm, opm, dll dari tahun ke tahun.
    Kemarin ngobrol sama temen, dia bilang: “kalo fundamental analisis yg penting di notice ketika kita analisis emiten adl bisa tau cerita di balik angka tersebut, kenapa rasio/angkanya segitu, & insight apa yg bisa kita pakai dari angka tersebut”
    Barangkali bisa di eksplore hu

    matur suksma

  3. nice share bang , nanya klo emiten yg harbis RI , kan ada penambahan modal , tetep aja harus nunggu 1 thn dulu ya buat liat efek tambah modal tersebut ke labanya? atau ada cara lain yg bisa menilai secara secara cepat efek penambahan modal tersebut

    1. Bisa liat di prospektusnya, dana RI buat apa. Lunasi utang berarti beban bunga turun, ekspansi bisnis kapan mulai menghasilkan, berapa porsinya, dll. Dari situ bisa itung proformanya.

  4. Artikelnya bagus-bagus dude. Salut dah om dedikasinya buat mencerdaskan orang2 awam yg baru melek invest saham.
    Tapi ane kurang setuju nih yang soal saham beredar, kesimpulan kenapa lembar saham bisa jadi pertimbangan ke valuasi, setau ane belum pernah nemu di referensi2 investasi.
    1. Jumlah lembar saham yang besar bisa kita gunakan untuk menilai dengan cepat apakah suatu saham masih ada potensi untuk cuan.
    – Apakah kalo emiten stock split 100x atau reverse stock split portensi cuan jadi menyusut/meningkat? harusny ngga (semakin rame mungkin iya). Dari sini dapat disimpulkan kalo lembar saham ngg bisa buat filter potensi cuan. Kalo liat table jumlah saham beredar di artikel jg ngg keliatan yg mana yg ngg potensi cuan.
    – PER=Price/EPS (atau MarketCap/Laba). Dari rumus ini brarti jumlah saham beredar dikeluarin dari consideration (dan ga perlu ngitung manual, EPS sudah ada di LK). Kegunaan jumlah saham beredar disini cuma buat ngitung EPS biar bisa bandingin ke price per lembar. Tentu saja semakin banyak saham beredar lbh banyak masyarakat bisa beli/terjangkau/rame makanya ada stock split tapi belum tentu juga tergantung harga sahamny mahal ngg.

    2. Semakin banyak jumlah lembar saham semakin sulit EPS naik karena jumlah pembaginya besar (EPS = Laba : Lembar Saham).
    – EPS sepertinya meaningless kalau cuma dilihat besar angkanya saja. Kalau laba naik 10% ya EPS naik 10% regardless EPS nya mau 100 atau 1000 (plot twist: EPS 1000 adalah EPS 100 setelah stock reverse10x). EPS cuma meaningfull kalo dipake buat ngitung comparison kek PER trus dibandingin sama PER company lain, bukan ngebandingin EPS antar company. Jadi tergantung both Price dan EPS.

    3. Tidak semua emiten dengan jumlah lembar saham yang besar berarti tidak layak investasi.
    – Sepertinya jumlah saham beredar emang ga seharusny dipake buat screening fundamental.

    Mungkin kebanyakan emiten2 yg naik2 selangit jumlah saham beredarny banyak padahal balik lagi ke harga saham ny kenapa segitu padahal eps ny segini kan jadinya PER nya segitu.

    Begindang menurut ane dude. Piece yo dude :).

    1. Thanks feedbacknya dude uhuy!

      Mungkin ane jelasinnya kurang, jadi poinnya ga nyampe. Pertama, ini hanya screener saja. Kedua, dari tiga poin yg ente sebut, poin kedua itu poin utamanya.

      Misalnya emiten dgn jumlah lembar saham 200M. Setiap kenaikan laba bersih 200M setara eps naik 1 perak. Laba bersih 400M = eps 2, 1T = 5, dst. Bandingkan emiten dengan jumlah lembar saham 20M, laba bersih naik 200M = eps naik 10 perak.

      Coba misalnya saja, hitung. Emiten dgn total saham beredar 200M, brp laba bersih yg dibutuhkan agar valuasinya PER 12x di harga 100?

  5. Om dude mohon dibantu dimana kita bisa dapatkan informasi mengenai penjelasan manajemen tentang target dan prospek kinerja masa depan, potensi kenaikan pendapatan dan margin lab

    1. Target kinerja biasanya bisa diliat di Annual Report anda Public Expose. Biasanya ada RKAP emiten, ditulis di AR. Bisa download dari situs idx.co.id atau situs resmi perusahaan.

Ada komen, dude?

Scroll to Top